Introduction

Digital transformation and generational attitudes toward salespeople have unleashed a tectonic change in the way B2B sales ought to be conducted. We are in a transitory period where buyers have…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




Desember

Desember itu aku ingat aku berlarian sambil tertawa riang. Kuingat mata mungilmu berada tepat di sebrang wajahku. Guyub, sejuk bak buih-buih udara di sebuah pemandian air panas yang kita berdua dambakan tiap liburan. Kuingat juga senyum manismu yang tampak ketika kita bersenda-gurau tentang film-film kartun yang dulu selalu kita tonton berdua.

Desember hakikatnya dingin. Dingin karena hujan yang tak henti-hentinya menerpa kota kecilku ini. Namun, desemberku itu amatlah hangat. Desemberku diisi tarikan tangan bulatmu yang juga tak henti-hentinya membawaku kian kemari, yang akhirnya memaksa ragaku untuk gerah berkeringat, yang tak henti-hentinya pula membuat wajahku merah merona akibat sentuhan kulit manjamu yang melonjakkan nafsu priaku. Aku ingat dalam pikiranku hanya terlintas wajah manismu saja. Wajah manis yang membuat segala letih dan pegal kakiku luruh seketika seakan-akan dapat melunturkan warna abu-abu dari perak 24 karat.

Desember kali inipun mirip-mirip. Memang, Desember ini agaknya dingin, bahkan beku. Dalam pikiranku aku berkata “barangkali nyala api mulai habis di muka bumi ini”.

Hujan pun kian tetap tidak malu menunjukkan aibnya. Mengencingi semua sisi kota, dari istana kepresidenan, gedung-gedung birokrat, serta warung-warung kecil di pinggir kota pun kena semburannya.

Satu sudut yang juga tidak berubah adalah sudut tempat kamu berdiri. Sudut itu semestinya menjadi api unggunku, sumber kehangatanku di bulan ini. Sudut itu semestinya menjadi jaket sweaterku, yang melindungiku dari angin-angin jahat yang membuatku merinding. Sudut itu semestinya menjadi kopi panas yang menjalarkan air panasnya ke seluruh organ dan jeroan di tubuhku.

Namun kali ini sudut itu pun menjadi hampa, kosong tanpa ada sama sekali lidah api di dalamnya. Sudut tempat kamu berdiri menjadi sudut yang dingin pula, tanpa tiada pengaruh dari medan beku di sekitarmu.

Kata-kata itu kukira membuka doa dan harapan darimu, mengingat bulan ini bulan spiritual kita berdua dan minggu ini akan diakhiri oleh peringatan harlahku. Ya, bulan spiritual kami berdua. Kami berdua saling berbagi kesamaan apabila keyakinan adalah topik perbincangannya. Keyakinan itupun mempengaruhi hubungan keluarga kami berdua pada bulan ini yang sama-sama merayakan kemenangan bersama yang akan dikenang tiap tahunnya. Kenangan itu makin terasa tatkala akhir minggu itupun aku disambut dengan nyanyian serta kue blackforest favoritku. Bunyi petasan dari segala penjuru mengatakan seakan-akan seluruh jagat raya menggelorakan namaku di hari itu.

Namun kenangan itu pudar dan membisu. Kata-kata sayang yang kau lontarkan kepadaku berubah menjadi nada memelas seakan-akan aku adalah tuan dan kamu adalah kacungku. Tiap huruf yang keluar dari mulutmu perlahan-lahan menusuk jantungku serta mencincang-cincangnya menjadi butiran darah kering. Udara yang kau hembuskan pun langsung meracuni paru-paruku ketika kuhirup saat kau berceloteh padaku.

Sungguh, aku tak tahu bahwa kau tega menyakiti hatiku di saat yang kunanti ini. Kamu tega menyayat dan menyeret pikiranku yang sedang ingin terbalut euforia natal yang hanya bisa kutunggu 365 hari lagi. Dengan tanpa perasaan bersalahpun kau meludahkan pisau dari bibir tajammu itu, dan dalam lidah pisau itu bertuturkan

Ingin ku berkata “bajingan!”. Dengan mudahnya kau bilang ini salahmu tanpa ada sesal di benakmu itu. Namun diriku yang masih bisa berakal dan hatiku yang masih mencintaimu terus menahanku untuk mengutuk namamu itu. Tanpa satu kata dariku dan tanpa sehuruf ucapan perpisahan darimu kamu berpijak meninggalkanku. Baiklah. Baiklah.

Terimakasih, Desember.

prmhtb (12/30/2018)

Add a comment

Related posts:

How Much Do Flyers Cost?

What is the best marketing strategy for businesses on a budget? The answer: flyer marketing. Flyers are one of the oldest marketing tools in history. Businesses have used this print product for…

The Devastating Fade of the Church as We Know It

There is a lot of talk about hybrid models in the church world. We have already walked through 200 years of a hybrid model. Today’s church has prayer rooms and healing rooms. And that is OK and even…

Kim Is A Squirter

Kim has her shirt up and over her head before I get the chance to unbutton it slowly, which is great. I’m not sure I have the dexterity for it. She kisses me while she unbuttons my shirt. Her lips…